Buat apa jauh-jauh ke luar negeri kalau bisa
mendapatkannya di negeri sendiri? Buat apa memperkaya devisa Negara lain kalau
bisa memperkenalkan wisata negara kita ke khalayak internasional? Yang
dimaksudkan di atas adalah tentunya wisata yang ada di negara kita sendiri.
Bila Anda berkunjung ke Medan, disarankan jangan berhenti sampai di kota itu
saja, sebab Anda bisa mengeksplorasi daerah-daerah lain di luar Medan yang
menawarkan atraksi wisata yang luar biasa. Diantaranya bisa Anda temukan di
Tanah Karo.

Terletak di Desa Tongkoh, Kecamatan Dolatrayat,
Kabupaten Karo, terdapat sebuah atraksi wisata yang membuat Anda tidak merasa
di Indonesia. Destinasi wisata ini adalah Taman Alam Lumbini. Letaknya 50 km
dari Medan, memakan waktu sekitar 2 jam perjalanan dengan berkendara, sangat
dekat dengan tujuan wisata lainnya, yaitu Berastagi.
Untuk masuk ke kawasan Taman Alam Lumbini, Anda tidak
akan dipungut biaya untuk tiket masuk sepeser pun. Bagi setiap pengunjung yang
memasuki lokasi Taman Alam Lumbini hanya diminta untuk mengisi buku tamu yang
terdapat di depan gerbang masuk. Namun tenang saja, karena objek tujuan wisata
ini dikelola dengan manajemen profesional. Objek wisata ini sudah memperlengkap
diri dengan fasilitas penunjang yang akan menyamankan para pengunjung yang
datang untuk berwisata ke tempat ini.
Taman Alam Lumbini seluas 3 hektar ini memiliki
beberapa keistimewaan yang menarik para wisatawan untuk berkunjung. Yang paling
menjadi magnet bagi para wisatawan untuk datang ke Taman Alam Lumbini adalah
keberadaan replika Pagoda Shwedagon yang berada di Myanmar. Pagoda yang
terdapat di Taman Alam Lumbini ini merupakan replika tertinggi kedua yang
berada di luar Myanmar, dan merupakan pagoda tertinggi di Indonesia. Pagoda ini
telah dibuka untuk umum sejak 2010.
Untuk menuju ke Pagoda ini, Anda akan melewati sebuah
jembatan gantung sebagai infrastruktur penyebarangan yang dipadukan dengan
puluhan lentera yang bergelantungan. Jembatan gantung sepanjang 20 meter ini
dikenal dengan nama Titi Lumbini. Di bawahnya terdapat taman yang indah yang
ditata dengan apik dan menarik, sebagai harmonisasi dari suasana hutan alam di
sekelilingnya. Udara yang sejuk juga akan selalu mengiringi jalan-jalan Anda
menuju Pagoda yang pastinya sudah Anda nanti-nantikan. Ini akan menjadi
jalan-jalan yang berkesan.
Sesampainya di area Pagoda, Anda seolah disambut oleh
kemegahan Replika Pagoda Shwedagon yang bercat emas dengan arsitektur yang
begitu indah. Relief-relief unik dan patung-patung Buddha menghiasi bangunan
utama Pagoda ini. Di sebelah kiri bangunan utama Pagoda, terdapat sebuah menara
yang memiliki puncak berbentuk bekisar. Di bawahnya terdapat hiasan sulur
berupa gelang-gelang emas sepanjang 1,5 meter. Di puncak Pagoda, terdapat puluhan
lonceng sebagai penghias yang akan berdentang jika tertiup angin.
Berada di sekitar Pagoda ini membuat Anda berasa
seperti di luar negeri. Bagi Anda yang tidak beragama Buddha, Anda bisa berfoto
di pagoda ini, sedangkan bagi Anda yang beragama Buddha, tempat ini dapat
menjadi tempat persembahyangan yang menenangkan dan menenteramkan. Untuk masuk
ke dalam Pagoda, para pengunjung harus melepas alas kakinya. Aturan lain
seperti tidak boleh memotret dengan kamera handphone jika berada di dalam
Pagoda dan tidak boleh makan atau minum selama berada di areal Pagoda merupakan
aturan umum yang harus dipatuhi oleh para pengunjung.
Seperti halnya berada di dalam tempat ibadah Buddha
lainnya, Anda akan langsung mencium harumnya bakaran hio. Suasana di dalam
Pagoda begitu teduh dan tenteram. Walaupun pengunjung banyak, tetapi mereka
mampu dengan kesadarannya menjaga ketenangan di tempat itu layaknya tempat
beribadah lainnya. Di dalam Pagoda, tepat di tengah-tengah ruangan, Anda dapat
melihat empat patung Buddha yang terbuat dari marmer.
Jika Anda sudah puas berkeliling di sekitar Pagoda,
Anda bisa mengunjungi taman yang berhiaskan berbagai macam bunga dan pohon yang
tertata rapi. Patung-patung bikhu mempercantik taman ini. Hijau dedaunan dan
suasana alam akan menemani jalan-jalan Anda diobjek wisata ini. Sudah siap
menjelajah Nusantara?
No comments:
Post a Comment